Sentuhan Klasik di 7 Tempat Makan di Bogor

Silakan cari kata lain yang lebih dari ‘luar biasa’, berikan ke Grand Garden Café yang terletak di kawasan Kebun Raya Bogor ini. Tempat makan ini melakukan hal-hal serius yang sepatutnya dilakukan oleh semua tempat makan: berdiri di atas lahan yang luas (termasuk untuk lahan parkir), mempunyai bangunan yang enak dilihat, menyediakan area luar yang nyaman, dan tahu pentingnya musik bagus di tempat makan.

Soal sentuhan klasik di Grand Garden Café, itu ada di hampir semua hal tentang tempat makan yang punya filosofi ‘great food, green view, and geniality’ ini. Kalau kita berdiri di depan pintu utama restoran ini, kita akan melihat tahu sentuhan klasik di tempat ini secara fisik. Bangunan Grand Garden Café sangat khas, bagian depannya dihiasi dengan patung-patung.

Met Liefde terletak di Jalan Pangrango. Tempat makan ini menyajikan menu semacam chicken cordon blue dan berbagai jenis minuman. Harga untuk menu yang ada di Met Liefde masih terhitung murah, mengingat kualitas Met Liefde lebih dari yang udah disebutin itu. Buat pasangan yang lagi hangat-hangatnya, makan malam di Met Liefde, lengkap dengan alunan saxophone, bakal ngebuat ‘makan’ jadi sesuatu yang luar biasa. Oia, bangunan Met Liefde adalah rumah dari jaman Belanda. Sentuhan klasik itu bikin tempat makan ini semakin istimewa.

Lemongrass yang terletak di salah satu jalan utama di Bogor tahu betul gimana caranya ngedesain interior dengan baik dan ‘nyeni’. Kita bisa aja cuma lagi lapar saat datang ke tempat makan ini, tapi sentuhan klasik yang ada di bangunan dan keseluruhan konsep tempat makan ini bakal ngebuat kita betah berlama-lama. Apalagi kalau ambil tempat di rooftopnya (coba liat sekali lagi fotonya di atas).

Pare Anyar dibangun oleh Linda Mandalina di atas tanah seluas 1000 m2. Awalnya, bangunan Pare Anyar adalah rumah persinggahan Ibu Lina setiap kali melakukan perjalanan dari Jakarta ke Cianjur. Sentuhan klasik di Pare Anyar? Semua barang yang ada di Pare Anyar adalah barang-barang peninggalan orang tua dan mertuanya, sekaligus membeli dari toko barang-barang antik.

Menikmati makanan khas Jawa Barat, tepatnya khas Cianjur, kita bakal ‘asa aya di imah mitoha, asa di imah euy’ yang artinya ‘serasa di rumah mertua, serasa di rumah sendiri’ seperti tagline Pare Anyar.

Kembang Desa pun adalah tempat makan di Bogor yang menjadikan sentuhan klasik sebagai daya tariknya. Bangunannya adalah bangunan lama yang dipertahankan keasliannya. Selain itu, pintu, jendela, kursi, lampu, dan hiasan-hiasan lainnya pun disesuaikan dengan konsep ‘jadul’ yang diusung Kembang Desa. Di sini, kamu bisa makan masakan tradisional seperti nasi timbel, pepes, ayam bakar, lengkap dengan sambal terasi dan semacamnya.

Kalau kamu lagi jalan-jalan ke Bogor, berada di kawasan bundaran air mancur Bogor, kamu bisa melihat rumah megah bertuliskan ‘Pandapa Paramarta’ di depannya. Itu bukan kantor RW, tapi Kedai Aer Mantjoer, sebuah tempat makan yang menjadikan spaghetti panggang dan steak kayu bakar sebagai dua menu andalannya. Bergaya klasik, Kedai Air Mantjoer memiliki teras belakang dengan konsep terbuka dan dikelilingi oleh taman. Kedai ini cocok untuk dijadikan sebagai tempat berkumpul keluarga.

Apa hubungan coklat dan spaghetti dengan hantu, kematian, warna gelap, dan hal-hal nyeremin lainnya? Bisa jadi gak ada, tapi tempat makan coklat dan spaghetti bernama Death by Chocolate yang terletak di Bogor ngebuktiin kalau semua itu berhubungan. Ya, berhubungan untuk menciptakan tempat makan yang unik dan gak biasa. Di sini, kamu bisa makan berbagai jenis olahan coklat dan spaghetti, sekaligus merasakan sensasi dari paduan makanan enak dan suasana yang ngeri (apalagi kalau kita penakut hehe). Sama seperti Met Liefde, Death by Chocolate juga menempati bangunan bergaya Belanda.