Qraved
Open in the Qraved app
OPEN
No. 1 Food App for Indonesia
Follow us
Log in to Qraved to connect with people who love food.

Follow Us

For fresh content everyday

Dining out? You can ask us for recommendations!

Click to chat+6221 292 23070Operational Hours: 11AM-2PM
Download The App

Mencium Aroma Kuliner Jogja di Bawah Langit Jakarta

Mencium Aroma Kuliner Jogja di Bawah Langit Jakarta 1
Mencium Aroma Kuliner Jogja di Bawah Langit Jakarta
2
Photo Source: 
Di penghujung sore itu di selatan Jakarta, tepatnya di teras lobi Mutiara Blok M Square, Jakarta Selatan. Samar-samar terdengar perbincangan dalam bahasa Jawa di tengah kesibukan para penjual makanan yang menata lauk pauk di atas meja panjang. Beberapa di antaranya juga sedang sibuk membentangkan tikar dan meja kecil sebagai tempat makan lesehan bagi para pengunjung. Pemandangan ini seakan mengajak pikiran melayang sesaat, menjemput memori yang tertinggal di sudut-sudut jalanan Kota Jogja.
3
Photo Source:  dok Qraved
4
Photo Source:  dok Qraved
5
Photo Source:  dok Qraved
Menjelang jam 7 malam pedagang lesehan sudah siap menyambut pembeli. Area kuliner lesehan yang sudah ada sekitar 2007 ini sepertinya tidak pernah sepi. Sebelum berkumpul di area ini, dulunya sebagian pedagang lesehan ini sudah merintis usahanya mulai tahun 1990-an dan berjualan di sekitar Jalan Melawai. Mereka pun senang ketika akhirnya area Blok M Square menyediakan ruang khusus yang membuat kawasan kuliner ini semakin hidup. 
Dari sekian banyak spot lesehan yang ada, Qraved sempat bingung mau berhenti di spot yang mana. Jurus lama pun dipakai: cari yang paling ramai, biasanya itu yang rasa makanannya terjamin. Ketika melihat ada kerumunan pembeli di ujung deretan lesehan, dengan rasa sok yakin Qraved pun ikut-ikutan mengantre. Melirik kanan kiri, di sudut lesehan itu tertulis Lesehan Bu Gendut Asli.  Sambil menunggu giliran dilayani penjual,  Qraved menyempatkan ngobrol dengan salah satu pengunjung. Tiara, wanita yang berdomisili di Tangerang Selatan itu mengaku selalu menyempatkan waktu sekitar dua kali  sebulan bersama suaminya untuk mampir ke lesehan ini. “Makan di sini serasa makan di Malioboro. Apalagi pilihan lauknya juga komplet dan rasanya pas di lidah, ya walaupun memang agak mahal,” katanya. 
Mahal murah memang relatif. Tapi biar cari aman —terlebih buat kamu yang tipikal orang yang suka membanding-bandingkan harga— biar nggak melotot saat ditodong harga oleh penjualnya, jangan ragu menanyakan setiap harga lauk yang akan kamu ambil. Total harga nasi bakal menyesuaikan dengan jenis sayur dan lauknya. Saat ada pengunjung lain dikenai harga mencapai Rp 35-60 ribu dengan dua sampai tiga jenis lauk, Qraved ternyata bisa lebih berhemat dengan cuma bermodal Rp 17 ribu: nasi sayur gudeg plus krecek. Itu pun karena sebelumnya nggak pakai malu untuk tanya harganya tiap lauknya. Ya walaupun agak makan waktu, yang penting nggak menyesal kemudian. 
Dengan memakai piring anyaman rotan yang dialasi kertas makan dan daun pisang, penjual itu menuangkan sayur gudeg di atas nasi, ditambah beberapa sendok sayur krecek (kulit sapi), dan tidak ketinggalan areh (saus berbumbu yang diolah dari santan kental). Rasanya benar-benar seperti  menikmati gudeg langsung dari Jogja.
6
Photo Source:  Lesehan Bu Gendut
7
Photo Source:  Lesehan Bu Gendut
8
Photo Source:  Angkringan Bu Hendro
Satu lagi yang menjadi ciri khas makan di tempat lesehan ini adalah setiap pembeli yang sudah dilayani dengan mengambil lauk pauknya akan diberi catatan di kertas kecil yang tertera harga menu yang sudah diambilnya. Selesai makan, tinggal kasih kertas itu ke penjual yang melayani pembayaran. 
Setelah puas mencicipi nasi gudeg, Qraved pun masih penasaran untuk lihat sana-sini.  Pilihan lauk yang ditawarkan masing-masing tempat lesehan sekilas memang tampak sama, seperti urap, gudeg, krecek, oseng-oseng mercon, tumis daun pepaya, sambal goreng ati, jengkol , pete goreng, aneka sate dan jerohan, sampai variasi sambal dari setiap penjual lesehan.
Tidak melulu hanya makanan Jogja dan Jawa Tengah, setiap penjual lesehan juga menawarkan ciri khas masing-masing. Contohnya ada penjual yang menyajikan rawon yang khas dari Jawa Timur bahkan juga ada yag menyediakan makanan Manado. Kawasan ini juga makin komplet karena di depan deretan penjual lesehan, beberapa gerobak juga terparkir rapi dengan bangku dan meja yang siap menggoda pengunjung dengan makanan andalannya. Mulai dari pedagang bakso, soto Betawi, risoles, es campur, juga sate Padang. 
9
Photo Source:  dok Qraved
10
Photo Source:  dok Qraved
11
Photo Source:  dok Qraved
12
Photo Source:  dok Qraved
Salah satunya ada gerobak Angkringan Djogja Bu Hendro yang terkenal dengan nasi kucing dan aneka lauk pauknya, dan juga sambal setan. Tidak cuma itu, angkringan ini juga menyediakan aneka wedang khas Jawa. Kamu bisa merasakan khasiat Wedang Uwuh yang diramu dari jahe, secah, pala, cengkeh, dan gula batu. Ada juga Wedang Ronde, Wedang Secang, atau Bandrek yang siap jadi teman begadang sampai tengah malam.  
Mungkin nggak ada kata cukup untuk memuaskan selera di sini. Asal kamu nggak gampang kenyang dan suka berpetualang rasa, pasti bisa senang di sini. Serunya lagi, beberapa jam setelah pedagang-pedagang itu tutup di tengah malam, beberapa jam kemudian, tepatnya sekitar jam 3 pagi, nggak jauh dari kawasan itu mulai berdatangan deretan pedagang kue Subuh yang juga tak kalah mengundang. Dan kalau ada yang bilang Jakarta tak pernah tidur, itu memang benar-benar terbukti di kawasan ini.